PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL KABUPATEN BANYUMAS
(Resume Rapat Hasil Penelitian, Bertempat di Bappeda Banyumas, Kamis,16 September 2011)
Pengembangan wilayah merupakan suatu proses yang melibatkan banyak elemen, memerlukan strategi dan rencana tindakan untuk merealisasi potensi yang diidentifikasi, mengatasi berbagai faktor penghambat pengembangan, mendorong pertumbuhan ke lingkup wilayah yang lebih luas, serta meningkatkan kapasitas yang bermuara pada penciptaan keunggulan kompetitif daerah.
Kabupaten Banyumas memiliki letak geografis yang cukup strategis karena terletak pada jalur yang menghubungkan antar wilayah. Berdasar hasil penelitiannyam (Brata 2009) menemukan bahwa kinerja ekonomi lokal sangat ditentukan oleh letak geografis wilayah tersebut, disamping kebijakan pemerintah daerah, sdm, dan akses keuangan. Melalui analisis terhadap 76 kabupaten/kota di Jawa Tengah, Brata (2009) menemukan bahwa Kabupaten Banyumas berada pada rangking 21, sehingga Kabupaten Banyumas perlu mengoptimalkan potensi lokalnya untuk memaksimalkan keunggulan posisi geografisnya yang cukup strategis.
Penetapan komoditas unggulan berbasis lokal dengan pertimbangan mempunyai daya dukung lingkungan, menjangkau banyak pelaku ekonomi, mempunyai keterkaitan yang luas sekaligus berdampak berganda.
Pola dan strategi dasar pengembangan ekonomi lokal berbasis kawasan, dengan menganalisis faktor-faktor kunci pengembangan ekonomi lokal (R&D, SDM, pasar, akses terhadap ketersedian infrastruktur, modal dan bahan baku, linkages/pola keterkaitan pengelolaan ekonomi lokal, iklim usaha) serta kebijakan dalam ekonomi lokal.
Masalah yang dihadapi Kabupaten Banyumas saat ini adalah belum adanya roadmap yang jelas dalam Pengembangan Ekonomi Lokal yang bertumpu pada produk unggulan. Berdasar diskusi dengan mitra penelitian Bappeda, selama ini, sektor yang diklaim sebagai produk unggulan Kabupaten Banyumas adalah produk gula kelapa, batik, pariwisata, dan atsiri.
Namun seiring dengan dinamika lingkungan yang cepat, perlu diteliti kembali apakah sektor tersebut masih layak dan bagaimana dengan sektor-sektor lain yang juga telah mengalami perubahan.
Berdasar permasalahan tersebut, penelitian Pengembangan Ekonomi Lokal Kerjasama Bappeda dengan Fakultas Ekonomi Unsoed dan Bank Indonesia sebagai anggota tim teknis, bermanfaat dalam memberi rekomendasi yang kuat untuk mendorong perekonomian lokal melalui penentuan produk-produk unggulan yang nantinya dikembangkan melalui pembentukan klaster.
Tujuan dari dari Penelitian adalah:
1. Mengindentifikasi produk-produk unggulan daerah yang digunakan sebagai basis pembentukan klaster industri
2. Penentuan klaster yang akan dikembangkan
3. Menyusun rekomendasi kebijakan dan strategi pengelolaan dan pengembangan ekonomi lokal.
Analisis Tipologi Klassen Kecamatan di Kabupaten Banyumas
Y r | yi > y | yi < y |
ri > r | Kecamatan mempunyai laju pertumbuhan PDRB yang lebih cepat dibandingkan kabupaten. Wilayah ini juga dikatakan maju karena memiliki pendapatan perkapita yang lebih tinggi dibandingkan dengan kabupaten. Daerah ini kaya dan penduduknya juga kaya. Kecamatan yang dikatakan maju dan tumbuh cepat itu adalah Kecamatan Purwokerto Selatan, Purwokerto Barat, Purwokerto Timur dan Purwokerto Utara. | Kecamatan mempunyai laju pertumbuhan PDRB yang lebih lambat dibandingkan kabupaten. Namun wilayah ini dikatakan maju karena memiliki pendapatan perkapita yang lebih tinggi dibandingkan dengan kabupaten. Artinya daerahnya kurang maju, tapi penduduknya kaya. Kecamatan yang dikatakan sedang tumbuh adalah Kecamatan Sumpiuh, Pekuncen dan Sokaraja. |
ri < r | Kecamatan mempunyai laju pertumbuhan PDRB yang lebih cepat dibandingkan kabupaten. Namun wilayah ini dikatakan tertekan karena memiliki pendapatan perkapita yang lebih rendah dibandingkan dengan kabupaten. Artinya daerahnya kaya tetapi penduduknya miskin. Kecamatan yang dikatakan maju tetapi tertekan adalah Kecamatan Wangon, Ajibarang dan Gumelar. | Kecamatan mempunyai laju pertumbuhan PDRB yang lebih lambat dibandingkan kabupaten. Wilayah ini juga dikatakan miskin karena memiliki pendapatan perkapita yang lebih rendah dibandingkan dengan kabupaten. Artinya daerahnya kurang maju dan penduduknya miskin. Kecamatan yang dikatakan tertinggal itu adalah Kecamatan Jatilawang, Rawalo, Kebasen, Kemranjen, Tambak, Somagede, Kalibagor, Banyumas, Patikraja, Gumelar, Cilongok, Karanglewas, Kedungbanteng, Baturaden, Sumbang, dan Kembaran. |
Kesimpulan (1)
Sub sektor: | Produk/Komoditi | Keterangan |
Tanaman pangan | Padi sawah Ketela pohon Padi ladang Kacang kedelai | Basis Basis Basis Basis |
Sayur-sayuran | Kangkung Kacang panjang Terong Bayam | Basis Basis Basis Basis |
Tanaman perkebunan | Kelapa deres Pala Nilam | Basis, menyokong industri gula merah Basis, perlu diversivikasi produk untuk meningkatkan nilai tambah Non basis tetapi masih potensial didorong produksinya mengingat luasnya pasar |
Buah-buahan | Petai Rambutan Melinjo Nangka Duku Jeruk siem Jambu air Sukun Sawo Sirsak Anggur | Seluruhnya merupakan sub sektor basis, namun perlu diversivikasi produk untuk memperoleh nilai tambah yang tinggi. |
Kesimpulan (2)
Sub sektor: | Produk/Komoditi | Keterangan |
Peternakan | Ayam pedaging Ayam petelur | Basis, menyokong industri kuliner yang tumbuh sangat pesat Basis, menyokong industri kuliner yang tumbuh sangat pesat |
Perikanan | Perikanan kolam Perikanan sawah | Basis, menyokong industri kuliner yang tumbuh sangat pesat Basis, menyokong industri kuliner yang tumbuh sangat pesat |
Industri pengolahan | Gula merah Minyak atsiri Batik Banyumas | Perlu penguatan produk dan perlu mencari peluang memasuki pasar-pasar baru Peluang pasar luas dan sumber minyak atsiri tidak hanya nilam, sehingga bisa mendorong komoditi yang bisa disuling menjadi minyak atsiri Merupakan salah satu ikon produk khas Kab. Banyumas. Setiap daerah/kab saat ini mengembangkan produk batik lokal sehingga persaingan sangat kompetitif. |
Pariwisata | Upaya pemasaran destinasi wisata yang sudah ada untuk menciptakan brand image yang kuat | Non basis tetapi masih sangat terbuka dikembangkan mengingat potensi dan multiplier effectnya yang besar dalam menggerakan perekonomian lokal. Pengembangan produk wisata baru dan menciptakan link antar destinasi wisata yang sudah ada sehingga tercipta Kab. Banyumas sebagai salah satu destinasi wisata yang kaya dan luas. |
Kesimpulan (3)
Beberapa sub sektor (seperti nilam/atsiri, pariwisata, dan industri batik) bukanlah sektor basis menurut perhitungan kuantitatif, namun bukan berarti sektor tersebut lalu tidak layak dikembangkan. Perhitungan kuantitatif sesungguhnya hanyalah cerminan dari masa lalu karena mendasarkan pada data yang tersedia, sedangkan sektor-sektor tersebut belum maksimal memberi kontribusi bisa jadi karena pengelolaannya belum optimal.
Rekomendasi
Disamping menghasilkan daftar prioritas produk unggulan yang bisa dikembangkan, studi ini juga memberikan arah kebijakan yang sebaiknya diambil dengan mendasarkan pada tiga pendekatan, yaitu sektoral, spasial, dan dinamisasi kemitraan. Dalam perencanaan program dan kegiatan, arah kebijakan tersebut bisa dipergunakan sebagai panduan. Namun untuk formulasi strategi yang lebih terfokus, setiap sub sektor perlu dikaji secara tersendiri dalam kajian yang lain mengingat luas dan dalamnya tema kajian tersebut. Hal ini penting mengingat competitive driver, faktor-faktor lingkungan, dan rantai nilai setiap sub sektor tentu memiliki keunikan tersendiri. Melalui kajian ilmiah per sub sektor, nantinya bisa didapatkan strategi yang spesifik dan terfokus.
Peserta Rapat :
1. Bappeda Kabupaten Banyumas
2. SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) Kabupaten Banyumas
3. Bank Indonesia
4. Prof. Dr. Agus Suroso ( FE Unsoed)
7 komentar:
Sukses selalu mas Hery...mantap artikelnya..
Salam, I.Edo-Banda Aceh
terimakasih sharenya pak. Terus berkarya ya...
kapan-kapan penelitian di purbalingga pak,,, hehe....
lestari setyawati 09.23.351
Salam Sukses Terus Berkarya Hingga Akhir Hayat tabur manfaat didunia tuai pahala didunia+akhirat...
09.22.110 (NC)
pengembangan ekonomi lokalnya kalau bisa jangan hanya di banyumas ja pak. tapi ke daerah lain juga.
09.22. 114 (Rahayu Sn)
SDA yang melimpah seharusnya tidak ada lagi yang mati kelaparan, seperti pepatah mati di lumbung padi...
lina Affifatusholihah-MS-10.22.180
Sungguh penelitian yang luar biasa bermanfaat untuk masyarakat. terus berjuang dan pantang menyerah Pak.....
Agus Yohana (10.22.169)
Posting Komentar