BERBEKAL LIMBAH CIPTAKAN MAINAN EDUKATIF
KARYA kreatif selalu menyedot perhatian orang. Itu antara lain ditunjukkan oleh Toys Design Center (TDC) yang mengembangkan mainan edukatif berbahan baku limbah. Mainan yang mengandung unsur pendidikan, ilmu pengetahuan, dan teknologi itu dihasilkan oleh mahasiswa Fakultas Teknik Mesin Universitas Diponegoro (Undip) Semarang.
‘’Sekali tiup, replika orang yang berada di dalam perahu segera mendayung,’’ kata Bekti Haryo Sujono, mahasiswa Fakultas Teknik Mesin Undip, menjelaskan salah satu jenis mainan yang ditampilkan.
Mainan itu dipamerkan pada ajang Caraka Festival 2011 di Garuda Room Gumaya Tower Hotel Semarang, Rabu (23/11). Sederet mainan yang digagas oleh Ir Dwi Basuki Wibowo tersebut menampilkan konsep edukatif, yaitu merangsang seseorang untuk mengetahui lebih jauh gerakan manusia, binatang, dan mesin. Bahan bakunya berasal dari komponen sederhana seperti kayu, kertas, plastik, dan logam.
Lihat saja aksi mainan magnet yang antara lain bisa meniru gerakan manusia dan hewan. Aktivitas manusia yang ditampilkan dalam bentuk mainan edukatif itu di antaranya gerakan orang menyikat gigi, berenang, dan bermain drum.
Menurut Bekti, gerakan mainan didapat dari poros yang diputar menggunakan engkol atau hendel. Pada proses tersebut dipasang cam follower sehingga menggerakkan lever berupa lengan. Pada lever tersebut terdapat pin yang menghasilkan gerakan lever menjadi berayun bolak balik.
Di ujung lever yang berupa ibu jari dan telunjuk terdapat satu pin yang dihubungkan dengan sikat gigi. Ketika lever berayun, maka sikat gigi akan bergerak ke kanan dan ke kiri sesuai dengan pengarah horisontal yang ada. ‘’Ada nilai edukasi yang kami tanamkan pada setiap mainan yang dihasilkan.
Selain kreatif, hasil karya ini juga berguna untuk orang lain,’’ ungkapnya.
Pelatihan Gratis Sejak berdiri pada Oktober 2010, TDC telah menghasilkan 30 macam produk mainan mekanikal dan mainan mekanikal edukatif. Di antaranya, miniatur mesin torak satu dan empat silinder, robot panjat tali, mainan yang menirukan burung, mesin peluncur roket dari kertas, mesin peluncur water rocket, serta beberapa peraga lain.
Mengenai biaya pembuatan, kata Bekti, tak membutuhkan modal besar. Tiap produk menghabiskan Rp 20.000 sampai Rp 100.000. Untuk mengembangkan virus kreatif kepada khalayak umum, TDC juga memberikan pelatihan gratis kepada anak-anak di beberapa wilayah.
Misalnya, pelatihan membuat mainan untuk anak-anak korban letusan Gunung Merapi di Mrican, Kecamatan Ampel, Boyolali, serta pelatihan di lokasi Taman Baca di Perumahan Puri Asri Perdana, Banyumanik, Kota Semarang. (Fista Novianti-59)
Suara merdeka, 24 Nopember 2011
4 komentar:
jadi pingin praktek membuat mainan anak-anak,,,
tapi gk tau mainan anak eperti apa yang mau dibuat,,,hehehehe,,,
isnainiah lawang
10.23.373
Menurut saya ini merupakan hal yang luar biasa. Ini membuktikan bahwa ternyata anak Indonesia merupakan anak-anak yang kreatif. Harusnya ini bisa diproduksi dan di pasarkan pada pasar Indonesia. Menyuguhkan pada masyarakat bahwa kita mampu membuat produk sendiri. Dan memulai membiasakan diri untuk mencintai produk dalam negeri yang tak kalah dengan produk LN.
Nur Susila (10.23.388)
Kalau disana-sana ada berita kreatif dimana-mana dengan menggunakan bahan limbah, maka jangan sampai kkita juga ketinggalan. Kalau kita tidak bisa memanfaatkan limbah untuk kreatif dalam membuat barang yang bersifay material, maka buatlah limbah apapun untuk bermanfaat dalam dunia dakwah.
Ok Mi..?????
Wachid 09.22.134
Posting Komentar