SUKUK GLOBAL DI TENGAH KRISIS

SUKUK GLOBAL DI TENGAH KRISIS
" Investor akan tertarik pada emiten sukuk yang kredibel dan pengelolaan aset yang kinerjanya terbukti bagus
KRISIS global merupakan fenomena yang selalu terulang yang menyulitkan likuiditas keuangan dan ekonomi pada negara di kawasan Amerika, Eropa, dan juga Indonesia. Krisis ini mengindikasikan rapuhnya sistem ekonomi kapitalis yang dianut mayoritas negara-negara di dunia yang didominasi sektor moneter dengan pilar utama fiat money, fractional reserve requirement, dan interest.
Faktor itulah yang memicu bubble economy, penyebab utama krisis keuangan global.
Pemerintah Indonesia yang juga mengalami kesulitan likuiditas keuangan, jeli memanfaatkan momentum dengan harapan bisa meminimalisasi risiko akibat krisis global, yaitu dengan menerbitkan sukuk sebagai pilihan kebijakan pembiayaan RAPBN. Sukuk itu diterbitkan oleh Special Purpose Vehicle (SPV) berdenominasi dolar AS senilai 1 miliar dolar AS dengan tenor selama tujuh tahun dan imbal hasil (yield) 4 persen. Sukuk global ini akan tercatat di Bursa Efek Singapura (Singapore Stock Exchange) dan pemerintah Indonesia mengalokasikan penawaran 30% investor Timur Tengah, 12% Indonesia, 18% Eropa, 32% Asia, dan 8% investor Amerika Serikat.
Namun pro dan kontra bermunculan terkait dengan rencana tersebut. Hal ini sangat beralasan karena kekhawatirannya adalah negara yang terkena krisis, seperti Indonesia, tidak mampu mengembalikan pokok sukuk plus imbal hasil sebagaimana direncanakan.
Jika hal ini terjadi maka kepercayaan dari investor sukuk bisa ternodai. Akankah rencana ini sebaiknya diteruskan? Di tengah kondisi ekonomi dan keuangan internasional yang terintegrasi kuat, tidakkah diperlukan langkah tepat dan strategis untuk mengoptimalkan kebijakan itu? Sebagaimana diketahui, untuk memperluas akses pasar sukuk, pemerintah kita menerbitkan sukuk global untuk mengoptimalkan pembiayaan RAPBN. Sukuk global menjadi pilihan karena beberapa hal. Pertama; tren di luar negeri naik, bahkan sukuk sangat diminati oleh negara muslim dan nonmuslim, seperti China dan Singapura.
Berdasarkan data BI, kepemilikan asing pada sukuk yang diterbitkan Indonesia sampai November 2011 mencapai 6,12 persen dari total sukuk yang bisa diperdagangkan.
Kedua; investor Timur Tengah sebagai negara penghasil minyak, kelebihan likuiditas sehingga sangat tertarik jika ada investasi berprinsip syariah.
Salah satu negara tujuan investasi adalah Indonesia yang mayoritas penduduknya muslim. Ketiga; sukuk diminati investor karena menjanjikan kepastian return di tengah ketidakpastian pasar global akibat krisis. Konsekuensi Pemerintah Investasi apapun tidak lepas dari trust atau kepercayaan. Investor global akan memilih emiten yang menerbitkan sukuk yang bisa dipercaya.
Motivasi investor sukuk antara lain adalah imbal hasil (yield) dan capital gain. Karena itu agar sukuk global diminati oleh investor dalam dan luar negeri dalam jangka panjang serta bisa menjadi sumber pembiayaan andalan bagi RAPBN, ada beberapa hal yang menjadi konsekuensi bagi pemerintah sebagai pihak yang menerbitkan sukuk global.
Misalnya, pemerintah harus mengoptimalkan pengelolaan aset strategis milik negara yang menjadi underlying asset dari sukuk. Aset negara yang semula kinerjanya turun, akan terdorong untuk berkinerja lebih baik. Pemerintah juga harus bersikap transparan, akuntabel, dan responsibel dalam pengelolaan aset negara. Pasalnya investor akan tertarik pada emiten sukuk yang kredibel dan pengelolaan aset yang kinerjanya bagus karena mencerminkan kontinuitas dan kemampuan untuk mengembalikan imbal hasil dan pinjaman.
Jadi, sukuk global mempunyai tren positif sebagai sumber pembiayaan RAPBN, terutama bagi negara yang likuiditas keuangannya melemah akibat krisis global, seperti Indonesia. Agar sukuk dapat menjadi sumber pembiayaan yang bersifat jangka panjang dan menguntungkan maka faktor trust menjadi hal sangat penting bagi pemerintah sebagai penerbitnya.
Selain itu aset yang menjadi underlying assets harus strategis dan punya prospek pertumbuhan bagus. Dengan pengelolaan underlying assets yang bagus, transparan, akuntabel, dan responsibel maka imbal hasil sukuk akan makin menarik. (10) –
Ditulis Oleh : Mutamimah, dosen Fakultas Ekonomi, Ketua Program Magister Manajemen Unissula
SUMBER : SUARA MERDEKA, 24 NOPEMBER 2011

Artikel Terkait



1 komentar:

Unknown mengatakan...

muga instrumen berbasis syari'ah ini mampu membantu Indonesia.

tp jangan sampai asset rakyat yg dijadikan underlying tergadaikan,
muga mampu mengelolanya dengan baik.

tunjukkan bahwa indonesia berada di level investment grade.

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | WordPress Themes Review