PEMBERDAYAAN UMKM DI PAPUA MELALUI KLASTER IKAN BANDENG

PEMBERDAYAAN UMKM  DAN  SEKTOR RIIL DI  PAPUA
MELALUI  KLASTER BUDIDAYA IKAN BANDENG
                                                            Hery Sasono*
Kita  harus bersyukur kepada Tuhan  dengan potensi sumber daya alam  yang sangat banyak di Papua, baik itu kekayaan sumber daya alam  di dalam dan di atas permukaan tanah, di laut maupun di udara, akan  tetapi jika belum dimanfaatkan dengan baik dan optimal oleh seluruh rakyat papua, maka kita sesungguhnya sedang membiarkan potensi  kekayaan sumber daya alam  menjadi  harta karun yang terpendam.
            Pada masa otonomi daerah sekarang ini pembangunan ekonomi lokal harus menjadi basis pembangunan  ekonomi  daerah,  berkenaan dengan itu komoditi unggulan daerah menjadi skala prioritas, oleh karena itu pentingnya indentifikasi komoditi unggulan daerah  khususnya di Papua didasarkan pada pertimbangan bahwa ketersediaan dan  kapabilitas sumber daya (modal kekayaan alam, modal sosial dan modal manusia) dapat menghasilkan semua komoditas yang dapat diproduksi   secara simultan.
     Dalam upaya membantu mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah dan mengembangkan ekonomi masyarakat  menggerakkan sektor riil di Propinsi Papua, Bank Indonesia membuat program inisiatif pilot project klaster yang berbasis pada usaha rakyat dengan melibatkan Pemeritah Daerah, tokoh-tokoh masyarakat, perbankan, dunia usaha, yakni  Pilot Project Cluster Budidaya Ikan Bandeng di Kampung Holtekam, Distrik Muaratami, Kota Jayapura.
Pola pengembangan satuan usaha berbasis klaster adalah suatu pengembangan investasi bagi kelompok usaha mikro, kecil, menengah berbasis klaster komoditas atau industri yang mengoptimalkan hubungan antar pengusaha dalam perluasan kesempatan kerja, pemanfaatan sumberdaya lokal, dan pemasaran. Usaha ini mengkaitkan antara input – proses – output dan pasar secara terangkai yang berbasis pada satu jenis komoditas (klaster komoditas) atau pada kelompok industri (klaster industri).
Dalam rangkaian  menentukan pilot  projec cluster yang berbasis pada komoditi unggulan  di Propinsi Papua, penulis  ditugaskan Bank Indonesia melakukan survey dan mengindentifikasi ke lapangan sekaligus verifikasi informasi tentang produk unggulan yang telah diinformasikan dan dipetakan Pemerintah Propinsi Papua, kemudian dari hasil survey-indentifikasi dan verifikasi informasi kita diskusikan dengan  mengadakan tiga kali  Focus Group Discusion (FGD) yang melibatkan Satuan Kerja Pemerintah Daerah Propinsi Papua maupun Satuan Kerja Pemerintah Daerah Kota Jayapura serta kalangan perbankan.  
 Dari hasil FGD dapat  disimpulkan bahwa inisiatif  dan upaya telah  dilakukan oleh Pemerintah Propinsi Papua  untuk menggali dan memunculkan  berbagai komoditi unggulan rakyat misalnya, rumput laut, kakao, kopi, sagu, betatas,  ikan tuna, kepiting, kerajinan patung dan sebagainya. Namun usaha yang dilakukan pemerintah tersebut belum terpadu dan berkelanjutan. Akibatnya hasil yang dicapai belum terlihat maksimal  bagi kesejahteraan rakyat. Padahal potensi usaha rakyat di Papua yang berasal dari sektor tanaman pangan, perikanan, kehutanan, perkebunan, peternakan , industri kerajinan,pariwisata, industri mikro kecil dan jasa-jasa informal sangat besar jumlahnya dan ragamnya, namun faktanya belum dapat berkembang dengan baik, karena belum mendapat  perhatian dan pembinaan secara terpadu berkelanjutan.
Oleh karena itu dalam rapat FGD di Bank Indonesia Jayapura  bersepakat  bahwa pengembangan komoditi unggulan daerah di Propinsi Papua harus dilaksanakan secara terpadu, komprehensif, berkesinambungan dari hulu hingga ke hilir dengan melibatkan  semua stakeholders mulai dari pemasok bibit, pemilik modal, pemilik bahan baku, produsen, perbankan dan konsumen,pemasaran, mitra usaha dan LSM serta seluruh tokoh-tokoh masayarakat, kemudian dilakukan pendampingan intensif dan pembinaan secara komprehensif dan berkelanjutan.
            Setelah melalui proses Focus Group Discussion  yang diselenggarakan Bank Indonesia, serta diperkuat dengan kunjungan survei dan indentifikasi masalah yang dilakukan oleh Bank Indonesia Jayapura ke lokasi budidaya ikan bandeng di Holtekam Muaratami Kota Jayapura diperoleh informasi, maka diputuskan bahwa budidaya ikan bandeng di Holtekam diputuskan sebagai pilot project klaster. Beberapa pertimbangan keputusan tersebut antara lain bahwa  budidaya tambak ikan bandeng sudah dirintis sejak 20 tahun yang lalu dengan luas lahan  yang telah dibuka kurang lebih  600 Ha, tetapi  lahan yang dikelola secara produktif untuk tambak bandeng baru seluas 350 Ha. Adanya modal sosial yaitu telah terjadi jalinan hubungan harmonis dengan putera asli Papua sebagai pemasok benih (nener) dengan petani tambak ikan bandeng yang sebagian besar adalah para pendatang.
 Adanya peluang pasar ikan bandeng cukup besar,  untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal, sesuai informasi dari Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi, bahwa kebutuhan total  12 ton ikan per hari,  sementara produksi ikan masih 8 ton per hari itu pun sebagian masih dipasok dari luar Papua. Menurut Informasi yang ada, harga ikan laut juga tidak stabil dan cenderung mahal, sehingga ikan bandeng dapat  menjadi subsitusi dan alternatif kebutuhan ikan di Jayapura dan Papua umumnya
Namun kendala pemasaran ikan bandeng selama ini  dikendalikan oleh para tengkulak,  dimana para tengkulak membawa hasil panen ikan terlebih dahulu dengan sistem pembayaran dilakukan setelah ikan  laku dijual di pasar.
Agar meningkatkan nilai tawar dan nilai jual ikan bandeng, maka perlu dikembangkan produk olahan berbasis ikan bandeng yang selama ini belum digarap secara serius, sementara itu   koperasi yang ada di wilayah petambak  belum dapat berperan secara signifikan untuk meningkatkan kesejahteraan para petambak. Disisi lain para pembudidaya mengeluh kesulitan permodalan dalam mengembangkan usahanya, karena  perbankan belum berani memberikan kredit bagi pembudidaya ikan bandeng sebab menurut penilaian perbankan bisnis budidaya ikan bandeng masih dianggap beresiko tinggi dan kurang prospektif.
Penulis mengapresiasi adanya kepedulian  seperti Dinas Perikanan dan Kelautan kota dan Propinsi yang telah mengawali dengan melakukan  pembinaan kepada petambak ikan bandeng di kampung Holtekam, tetapi pendekatan masih sektoral karena memang terbatas sesuai tugas pokok dan fungsinya, sementara untuk mengembangkan  UMKM dan Komoditas Unggulan Daerah di Papua perlu pendekatan komprehensif dari hulu hingga hilir kemudian disertai dengan pendampingan yang intensif. (Bersambung......)

*Hery Sasono, Konsultan PUMKM Bank Indonesia Jayapura Tahun 2010

Artikel Terkait



5 komentar:

sumayyah fikriyyah mengatakan...

sudah seharusnya kita memanfaatkan semua potensi yang telah diberikan oleh allah SWT, yaitu salah satunya dengan memberdayakan sumber daya yang ada demi kelangsungan hidup masyarakat..

lindasari novritaningsih (09.22.108) MS

sumayyah fikriyyah mengatakan...

pak pokoknya dah ku komentarin...
nilainya di keluarin ya....

Anonim mengatakan...

nining (09.22.157)

wah ternyata di papua potensi bandeng juga to saya kira tambang aja yang selalu di usung ke amerika. jdi tau deh. tapi kenapa ya yang dimanfaatkan untuk kemakmuran papua hanya bandeng,bukan emas yang mlimpah???....hmmm di jogja apa ya... selain paham prularisme n sekulerisme

Ch0Ty mengatakan...

smoga mnjadi pemantik spirit utk kemajuan UMKM di berbagai daerah...

09.22.110 (NC)

Ayu Huriyah mengatakan...

harusnya tdk hanya bandeng yg di berdayakan pak..
kalau bisa gunung emas yg ada di sana jg kita berdayakan ya pak,
jgn mau kalah sama orng2 asing yg sdh merampok kekayaan alam yg ada di papua...

09.22.114(Rahayu SN)

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | WordPress Themes Review