MENCIPTAKAN WIRAUSAHA BARU

MENCIPTAKAN WIRAUSAHA BARU
BERBASIS INDUSTRI INOVATIF
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menyatakan, jumlah technopreneur atau wirausaha berbasis industri inovatif di Indonesia masih minim.“Saat ini, jumlah wirausaha yang diharapkan akan menjadi industri inovatif di Indonesia baru mencapai 0,24 persen dari total penduduk Indonesia. Padahal di Malaysia sudah mencapai tiga persen, Singapura 7,2 persen, dan Amerika Serikat 11,5 persen,” kata Deputi Kepala BPPT Bidang Pengkajian Kebijakan Teknologi, Tatang A Taufik, di Purwokerto, Rabu (2/11/2011) malam.
Bahkan, kata dia, 99 persen wirausaha yang ada di Indonesia bergerak dalam bidang perdagangan. Oleh karena itu, lanjutnya, perlu kerja keras dan cerdas serta memperkuat kolaborasi agar jumlah ideal wirausaha berbasis industri kreatif di Indonesia dapat mencapai empat persen dari total penduduk negeri ini. “Dengan demikian, perekonomian Indonesia ke depan memiliki kekuatan dan peluang yang besar untuk menjadi lebih maju dengan industri inovatifnya,” kata dia.
Selain masih sedikitnya jumlah wirausaha berbasis industri inovatif, kata dia, tantangan baru di Indonesia adalah semakin meningkatnya jumlah pengangguran intelektual lulusan perguruan tinggi yang telah mencapai 1.132.751 orang pada bulan September 2011 atau naik 15,71 persen dibandingkan tahun 2010. Menurut dia, hal ini disebabkan orientasi sarjana yang mencari kerja tapi bukan menciptakan pekerjaan.
Terkait hal itu, dia mengatakan, BPPT yang didukung Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek) berupaya mengembangkan wirausaha berbasis industri inovatif melalui kegiatan “Technopreneur Camp” sebagai bagian dari program pengembangan inkubator yang dilakukan oleh Balai Inkubator Teknologi BPPT.
Dalam hal ini, lanjutnya, BPPT menjalin kerja sama dengan beberapa pemerintah provinsi dan kabupaten/kota untuk menciptakan wirausaha berbasis industri inovatif melalui program pengembangan inkubator.
“Kami menjalin kerja sama dengan pemerintah daerah yang memiliki komitmen dalam mengembangkan industri inovatif, yakni Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, Pemerintah Kabupaten Banyumas, Pemerintah Kabupaten Pekalongan, dan Pemerintah Kota Tegal,” katanya.
Menurut dia, BPPT berupaya meningkatkan daya saing dengan cara mendorong pengembangan industri inovatif di daerah. “Bagaimana kita bisa bersaing kalau hanya mengandalkan sumber daya alam tanpa adanya inovasi,” katanya. Dia mencontohkan banyaknya buah impor di pasaran yang dapat memberikan dampak buruk terhadap buah lokal jika tidak ada inovasi dalam pemasarannya. “Inovasi harus menjadi tradisi dalam masyarakat kita. Salah satu upayanya melalui penguatan daya saing atau penguatan sistem inovasi di daerah,” tegasnya.

Artikel Terkait



4 komentar:

Anonim mengatakan...

Miris banget lulusan S1 bejibun skrg merek gelarnya bkn sarjana tp ada label tulisan.. calon pengangguran,, saya merasa tersandung.. na'udzubillah..
Oleh krn itu, Maha enterpreneur yaitu bukan sekadar menciptakan lapangan kerja, tp membuat pekerjanya menciptakan lg lapangan kerja.. gmn caranya ya pak? hmm..
ayo dirikan lapangan pekerjaan u.Indonesia.. sukses! aamien ya Rabb..
By:Mora Adela NIM:10.22.162

Anonim mengatakan...

hmmm...
memang memprihatinkan...

smoga para mahasiswa bkn hanya mencari sebuah gelar untuk disandang, tp smoga ilmu yg diperoleh, bisa diaplikasikan di kehidupan kedepannya.

Menciptakan lapangan pekerjaan bukan suatu hal yg mustahil untuk para sarjana muda. Namun dibutuhkan tekad dan kerja keras untuk mewujudkannya... Fighting!!

Laila Musthofa
(10.22.193)

Unknown mengatakan...

"Kreatif, Inovatif dan pariatif.
fikir, dzikir dan ikhtiar. Tafakur, tadabur, tadzakkur. Insya allah mabruuuur" ~@elfadzran~

Fajwa Aulia Shobron
(09.22.121)

Anonim mengatakan...

ini jadi motivasi saya untuk menjadi wirausahawan baru ni,agar dpat mensejahterakan masyarakat indonesia,,siapa lagi lo bukan kita....
suryo adhi pangestu (09.22.128)

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | WordPress Themes Review