FAKTOR-FAKTOR RUNTUHNYA JEMBATAN KUTAI KERTANEGARA

KEGAGALAN STRUKTUR,
FAKTOR RUNTUHNYA JEMBATAN KUTAI KARTANEGARA

RUNTUHNYA jembatan Kutai Kartanegara Kalimantan Timur, Sabtu (26/11), menimbulkan banyak pertanyaan. Betapa tidak, bangunan jembatan yang dirancang bisa bertahan 30 tahun itu ambruk hanya dalam waktu 10 tahun.
Jembatan ambruk saat badan jembatan sedang diperbaiki. Laporan sementara menyebutkan ada unsur kesalahan manusia di balik kejadian ini. Seharusnya ketika pekerjaan perbaikan tali jembatan sedang dilakukan, tidak boleh ada arus lalu lintas di atas jembatan. Saat dilakukan perbaikan tidak boleh ada getaran karena bisa menyebabkan tali yang di-set goyang dan lepas.
Menteri Pekerjaan Umum (PU) Djoko Kirmanto sendiri secara tegas mengakui kejadian ini tidak biasa. Dari data yang dikumpulkan diketahui Jembatan kabel gantung Kutai Kartanegara yang juga bernama Jembatan Mahakam II sepanjang 710 meter tersebut dibangun oleh PT Hutama Karya sejak 1995 hingga 2001, dengan konsultan PT Perentjana Djaja.
Dalam pembangunannya, PT Hutama Karya melibatkan sejumlah kontraktor nasional. Anggaran jembatan itu sebesar Rp 150 miliar berasal dari APBN di Kementerian PU, APBD Pemprov, dan APBD Pemkab Kukar. Namun, kepemilikan dan perawatan jembatan itu adalah tanggung jawab pemerintah Kabupaten Kukar. Tahun ini jembatan tersebut tengah direhabilitasi oleh PT Bukaka Teknik dengan total anggaran Rp 2,7 miliar.
Dirjen Bina Marga Djoko Murjanto menyatakan pembangunan jembatan Kukar telah memenuhi syarat secara teknis. Pihaknya menegaskan kontraktor proyek pembangunan, PT Hutama Karya, sebagai pihak yang bertanggung jawab atas insiden ambrolnya jembatan. Adapun perawatan jembatan adalah tanggung jawab pemerintah setempat.
Selanjutnya Kementerian PU menunggu hasil investigasi tim Penelitian dan Pengembangan Pekerjaan Umum di mana tim independen ini membutuhkan waktu guna mengungkap penyebab ambruknya jembatan itu.
Sekretaris Perusahaan PT Hutama Karya, Ari Widiyantoro, membantah adanya kesalahan konstruksi dalam pembangunan Jembatan Kukar. Ia meyakinkan, spesifikasi bangunan sudah sesuai dengan kontrak. Ari mengungkapkan, ini adalah pertama kalinya jembatan yang dibangun Hutama Karya runtuh dalam usia yang sangat muda, 10 tahun. Ini yang pertama, sebelumnya belum ada.
Tiga Kemungkinan Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Said Didu mengungkapkan, ada tiga kemungkinan penyebab runtuhnya jembatan Kutai Kartanegara, yaitu kesalahan desain, pembangunan yang tidak mengikuti desain, atau operasional jembatan yang tidak mengikuti prosedur.
Artinya, penyebabnya bisa salah satu atau kombinasi di antara ketiganya
.
Didu memandang bahwa proyek berisiko tinggi itu perlu diaudit dan dimonitor oleh alat berteknologi tinggi. Dengan pemantauan tersebut, maka akan ketahuan secara real time jika bangunan atau jembatan tersebut mengalami kerusakan.
Sebagai perbandingan, pada masa Orde Baru hingga 1995 seluruh bangunan yang menggunakan biaya APBN padat teknologi diaudit oleh BPPT, di mana sekarang hal itu tidak dilakukan lagi.
Dua ahli konstruksi jembatan Hidayat Sugiharjo dari Institut Teknologi Surabaya (ITS) dan Bambang Suhendro (UGM) menganalisis bahwa runtuhnya Jembatan Kukar disebabkan oleh faktor kegagalan struktur. Sejak di operasikan tahun 2001, struktur jembatan sudah mengalami pergeseran Menurut Hidajat, pylon jembatan bergeser karena blok angkur juga tergeser dari tempatnya yang menyebabkan gelagar jembatan melengkung ke bawah hingga 72 cm. Proses ini berakumulasi selama bertahun-tahun. Penurunan inilah yang ingin dikoreksi atau diperbaiki Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kukar agar bentang jembatan berada pada level normal kembali. Dugaan sementara, jembatan runtuh saat hendak dikoreksi. Pylon ialah tiang tinggi yang berfungsi menopang kabel utama pada jembatan gantung.
Data Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kutai Kartanegara  terungkap, sejak tahun 2001 terjadi pergeseran 8-10 cm pada ujung atas tiang jembatan (pylon). Ujung pylon yang seharusnya tegak berubah melengkung ke arah sungai. Artinya, sesaat setelah jembatan diresmikan sudah terjadi ketidak beresan struktur jembatan.
Pada saat pylon melengkung, terjadi penurunan gaya tarik pada kabel utama dan kabel penggantung. Singkatnya, kabel-kabel baja yang digunakan menahan gelagar atau lantai jembatan mengendur. Kendurnya kabel membuat gelagar atau rangka balok penopang lantai jembatan (bagian yang dilalui kendaraan ikut melengkung ke bawah).
Pengukuran terakhir tahun 2011 lengkungannya 72 cm.
Kondisi ini yang ingin diperbaiki dengan mengencangkan kembali kawat penggantung jembatan agar gelagar penopang lantai jembatan kembali ke level semula atau kembali datar.
Sesaat sebelum runtuh, petugas sedang mengecek ulang pada kabel penggantung bagian tengah dari kedua sisi jembatan. Dari tengah, kabel penggantung ini lalu akan disetel ulang satu per satu. Kabel di arah hulu sungai berhasil dinaikkan hingga 15 cm dengan dongkrak. Saat akan berpindah ke kabel lain, jembatan tiba-tiba runtuh.
Terungkap, Kementerian PU telah menyarankan ke Dinas PU Kutai Kartanegara tahun 2006 berupa empat butir rekomendasi untuk pemeliharaan. Isinya, pemasangan sambungan siar (expansion joint), pengisian pasir di angkur, pengencangan baut klem, dan pembentukan gelagar (chamber). Namun, baru dua butir yang dijalankan, yakni pemasangan sambungan siar dan pengisian pasir.
Kepala Dinas PU Kutai Kartanegara Didi Ramyadi mengakui, belum dilaksanakannya kegiatan pemeliharaan karena pengajuan anggaran tidak disetujui DPRD setempat. Bahkan, selama tiga tahun (2008-2010), tak ada aktivitas pemeliharaan. Di satu sisi jumlah volume kendaraan yang melintasi jembatan tersebut makin melonjak, hingga mencapai 6.500-an kendaraan per hari.
Pernyataan ini dibantah Wakil Ketua DPRD Kutai Kartanegara Didik Agung Eko yang berkilah, bahwa Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara belum pernah mengajukan anggaran pemeliharaan selama rentang waktu itu.
Bupati Kutai Kartanegara Rita Widyasari sendiri mengaku pihaknya tidak mengetahui plafon anggaran yang dibutuhkan. Hampir dipastikan ada faktor kelalaian dalam kejadian ini, minimal dalam hal perawatan.
Sumber: Suara Merdeka 5Desember 2011

Artikel Terkait



3 komentar:

uUzZz mengatakan...

saya tidak tau tentang brita ini. dan dari yang saya baca, saya juga tidak tau apakah ada kecurangan dalam pembuatan jembatannya. bisa saja kan anggaran'a 150 M harus'a bisa beli bahan2 yg bagus v di ganti sama yang jelek ato yang biasa2 sajs nanti sisanya di tilep. atau ... (Allahu'alam)
tapi yg pasti mau ada kecurangan atau tidak, semoga Allah memberi petunjuk tentang kebenaran itu

lambat laun kebenaran pasti terungkap!!

uUzZz mengatakan...

ma'aph ada yang ketinggalan pak

(09.23.358)

Anonim mengatakan...

Memang kasus seperti ini sering terjadi dalam proyek fasilitas umum. fakta dilapangan sering ditemukan terjadi kecurangan dalam pembangunan proyek-proyek tersebut, mulai dari dana yang dianggarkan dikorupsi oleh pejabat abdi negara, dan setelah sampai bawah, dana yang dianggarkan tidak cukup sehingga dibangun apa adanya, juga masalah desaign, biasanya karena ada permasalahan pribadi antara pegawai PU dengan pekerja proyek sehingga pekerja proyek tidak mau mengikuti desaign yang sudah dibuat oleh pegawai PU, dan masih banyak permasalahan/faktor lain.
fakta tersebut saya lihat sendiri saat saya PKL di salah satu kantor pemerintahan PU . . .

Nita Kurnia A.
(10.23.392)

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | WordPress Themes Review