KEMITRAAN BANK INDONESIA DENGAN PEMERINTAH DAERAH
DALAM MEMPERCEPAT PENGEMBANGAN SEKTOR RIIL DAN UMKM
DI KABUPATEN BANYUMAS
Hery Sasono*
DI KABUPATEN BANYUMAS
Hery Sasono*
A. Kondisi Perekonomian Kabupaten Banyumas
Peningkatan kesejahteraan masyarakat suatu daerah merupakan salah satu sasaran yang ingin diwujudkan dalam era otonomi daerah saat ini. Demikian pula dengan Kabupaten Banyumas yang memiliki luas 132.759 Ha, terdiri dari 27 Kecamatan dan terbagi menjadi 331 Desa/Kelurahan dengan jumlah penduduk 1.553.902 jiwa, peningkatan kesejahteraan masyarakat merupakan sasaran utama dari serangkaian upaya pembangunan ekonomi daerah. Sebagaimana diketahui, pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang cukup panjang sehingga perlu disadari bahwa hasil dari proses mewujudkan peningkatan kemampuan ekonomi masyarakat bukanlah upaya yang mudah dan dapat segera dinikmati hasilnya. Diperlukan upaya yang bertahap, sistematis, konsisten dan berkesinambungan serta memerlukan kerja keras dari para pihak yang terlibat dalam melaksanakan program pembangunan ekonomi daerah.
Kondisi pembangunan perekonomian di Kabupaten Banyumas tercermin dari beberapa indikator ekonomi, menurut data BPS 2010 inflasi sebesar 6,02%, pertumbuhan ekonomi sebesar 5,49% lebih tinggi dari periode yang sama tahun sebelumnya, pertumbuhan ekonomi tersebut relatif lebih baik di atas pertumbuhan rata-rata Kabupaten Jawa Tengah sebesar 4,70% , sementara pertumbuhan investasi dari total nilai investasi secara keseluruhan untuk semua cabang industri pada tahun 2008 sebesar Rp 47.846.700.871.000,- mengalami pertumbuhan kecil di tahun 2009 sebesar Rp 47.848.700.871.000,-. Jumlah tenaga kerja pada tahun 2009 tercatat 90.581 orang.
Sektor pertanian merupakan sektor yang memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Meskipun dari tahun ke tahun cenderung menurun yakni tahun 2008 sebesar 22,25% dan sebesar 22,09% pada tahun 2009. Oleh karena itu diperlukan pemberdayaan sektor riil pada sektor ini.
Sektor lainnya yang mempunyai andil cukup signifikan bagi pembentukan PDRB Kabupaten Banyumas pada tahun 2009, sektor jasa-jasa menyumbang 16,86%, sektor industri 15,99%, sektor perdagangan 14,42%, kontribusinya selalu naik adalah sektor-jasa-jasa, sektor keuangan dan sektor bangunan.
Pada sektor keuangan dan perbankan, terjadi peningkatan yang cukup signifikan, perkembangan jumlah perbankan meningkat sangat tajam dari 104 buah Bank Umum dan BPR konvensional dan syariah pada tahun 2002 menjadi 591 pada tahun 2010. Penghimpunan dana masyarakat pada tahun 2009 sebesar Rp.4.938.670.000.000,- mengalami peningkatan menjadi Rp 5.416.080.000.000,- pada tahun 2010,-. Meningkatnya kredit yang disalurkan sebesar Rp 5.829.280.000.000, NPL cukup rendah yaitu 2,16% .
Kondisi makro ekonomi tersebut belum sepenuhnya dapat meningkatkan indikator kesejahteraan sosial sebagaimana yang diharapkan. Rasio kemiskinan masih relatif tinggi yakni 19,71% atau 141.1717 orang di atas rata-rata tingkat kemiskinan di Indonesia sebesar 13,33%, masih tingginya angka pengangguran sebesar 134,793 orang. Kondisi ini mengindikasikan pendapatan yang dihasilkan oleh tenaga kerja yang diserap sektor ekonomi di Kabupaten Banyumas pada umumnya masih rendah misalnya rata-rata penghasilan penderes kelapa Rp 300.000,-/bulan , walaupun kisaran upah minimum kabupaten (UMK) Rp 750.000,-/bulan.
Tabel Beberapa Indikator Kesejahteraan Sosial Kabupaten Banyumas
No | Indikator | Tahun 2009 | Jumlah |
1 | Jumlah Pengangguran (jiwa) | 134,793 orang | |
3 | Jumlah Keluarga Pra Sejahtera | 116.250 keluarga | |
4 | Rasio Kemiskinan | 19,71 % | 141.1717 orang |
7 | UMK (Ribu Rp) | Rp 750.000 |
Sumber: BPS Kabupaten Banyumas 2010
B. Peran dan Kerjasama Bank Indonesia Dengan Pemerintah Daerah Dalam Pemberdayaan UMKM dan Sektor Riil
Bank Indonesia melalui berbagai kebijakannya telah mampu mendorong pengembangan UMKM di Indonesia sejak tahun 1960 melalui financial assistance (pemberian kredit likuiditas Bank Indonesia). Saat ini dan seiring dengan diberlakukannya UU No.23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana diubah dengan UU No.3 Tahun 2004, arah kebijakan pengembangan UMKM ke depan adalah bertujuan untuk menjembatani kesenjangan informasi antara UMKM dengan perbankan dalam upaya meningkatkan akses UMKM terhadap perbankan. Secara garis besar kebijakan Bank Indonesia dalam pengembangan UMKM dilaksanakan melalui kebijakan Demand Side dan kebijakan Supply Side, serta didukung oleh kerjasama dan koordinasi dengan pemerintah.
1. Kebijakan Demand Side
Kebijakan Demand Side diarahkan untuk mendorong UMKM agar mampu meningkatkan elijibilitas dan kapabilitas sehingga mampu memenuhi persyaratan dari Bank (Bankable). Bentuk kegiatan yang dilaksanakan adalah :
1) Penelitian, dilakukan sebagai dasar dalam penetapan kebijakan pengembangan UMKM ke depan dan juga sebagai upaya akselerasi kredit UMKM melalui research based policy, serta sebagai sarana pemberian informasi yang bermanfaat mendorong pengembangan UMKM, agar UMKM lebih meningkatkan kontribusinya dalam perekonomian nasional. Pelaksanaan penelitian dapat dikaitkan dengan rencana pengembangan UMKM dari stakeholder terkait, atau untuk menggali potensi atau komoditas unggulan di masing-masing daerah, serta dapat pula dikaitkan dengan isu atau inisiatif yang sedang berkembang di masyarakat.
Kegiatan Kantor Bank Indonesia yang berkaitan dengan penelitian antara :
a) Penelitian Pola Pembiayaan Syari’ah Usaha Pengolahan Gula Kelapa di Kabupaten Banyumas.
b) Kajian Pola Pembiayaan Ternak Kambing PE dan Pengolahan Susu Kambing PE di Kabupaten Banyumas
c) Pola Pembiayaan Jasa Pemberangkatan Tenaga Kerja Indonesia di Kabupaten Banyumas
d) Pola Pembiayaan Usaha Kecil Sektor Pertanian di Eks Karesidenan Banyumas
e) Survey Pelaku UMKM Dalam Rangka Pelaksanaan Percepatan Pemberdayaan Ekonomi Daerah
f) Penelitian Iklim Investasi di Eks Karesidenan Banyumas (Potensi, Tantangan dan Hambatan)
g) Penelitian Profil dan Permasalahan UMKM di Wilayah Eks Karesidenan Banyumas
h) Berperan aktif sebagai anggota tim Teknis Penyusunan Analisa Kebijakan Perencanaan Pembangunan Ekonomi Tahun 2011 dan Penyusunan Produk Unggulan Daerah Kabupaten Banyumas
2) Bantuan Teknis, merupakan upaya Bank Indonesia dalam rangka meningkatkan elijibilitas UMKM menjadi bankable dan kapabilitas perbankan dalam menilai UMKM. Kantor Bank Indonesia Purwokerto bekerjasama dengan Konsultan Keuangan Mitra Bank (KKMB)/BDSP, FEDEP, dengan melibatkan dinas terkait seperti Dinas Perikanan dan Peternakan, Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi telah memberikan bantuan teknis berupa pembinaan dan pelatihan perkuatan kelompok untuk meningkatkan jiwa enterpreunership pelaku UMKM dan meningkatkan capacity building sehingga UMKM unbankable menjadi UMKM bankable, serta menghubungkan kelompok UMKM yang bankable kepada perbankan. Kegiatan yang pernah dilakukan antara lain:
a) Pelatihan Manajemen Kelompok dan Budidaya Kambing PE kepada kelompok tenak Pegumas Kecamatan Gumelar Kabupaten Banyumas
b) Pelatihan Manajemen Kelompok dan budidaya pembesaran ikan di Desa Kecamatan Sokaraja, Kecamatan Karanglewas, kecamatan Purwokerto Utara.
c) Pelatihan Manajemen Kelompok dan Enterpreunership bagi UMKM yang bergerak di bidang kerajinan hiasan/industri kreatif di Desa Karangmangu dan Desa Rempoah Kecamatan Baturaden Kabupaten Banyumas
d) Pelatihan Manajemen Kelompok dan Enterpreunership Kelompok UMKM yang bergerak di bidang Industri Kelapa di Desa Kemawi, Kecamatan Somagede, Desa Kedungurang Kecamatan Gumelar Kabupaten Banyumas
3) Penyediaan informasi, sebagai sarana publikasi mengenai karakteristik dan potensi UMKM, Bank Indonesia mengembangkan Sistem Informasi yang terintegrasi dan dapat diakses melalui website Bank Indonesia oleh stakeholder dan atau pihak yang terkait. Sistem informasi tersebut menyediakan Database Profil UMKM sebagai sarana promosi UMKM dan sebagai upaya menjembatani gap informasi perbankan terhadap UMKM yang potensial. Nilai lebih dari database tersebut adalah tersedianya nilai lebih dari database tersebut adalah tersedianya informasi aspek keuangan yang dapat dimanfaatkan perbankan dalam proses penilaian kredit.
Kegiatan KBI Purwokerto terkait dalam kebijakan Demand Side Policy antara lain ::
-Pembuatan Database Profile UMKM di eks Karesidenan Banyumas
-Profil UMKM di Eks Karesidenan Kabupaten Banyumas
-Profil UMKM Batik Banyumasan di Kabupaten Banyumas
-Profil Perajin Sandal Bandol di Desa Pasir Kidul Kecamatan Purwokerto Barat Kabupaten Banyumas
-Pembuatan Database Profile UMKM di eks Karesidenan Banyumas
-Profil UMKM di Eks Karesidenan Kabupaten Banyumas
-Profil UMKM Batik Banyumasan di Kabupaten Banyumas
-Profil Perajin Sandal Bandol di Desa Pasir Kidul Kecamatan Purwokerto Barat Kabupaten Banyumas
Selain itu juga diselenggarakan bazaar intermediasi perbankan dengan UMKM bekerjasama dengan Pemerintah Daerah yang bertepatan dengan Hari Ulang Tahun Banyumas ke 429 pada bulan April 2011 yang merupakan wahana informasi dan komunikasi untuk lebih mendekatkan dunia perbankan dengan dunia usaha dan masyarakat.
2. Kebijakan Supply Side
Kebijakan Supply Side merupakan upaya Bank Indonesia untuk mendorong perbankan dalam menyalurkan kredit kepada UMKM. Pelaksanaan kebijakan Supply Side antara lain dilaksanakan dalam bentuk :
Berperan aktif mendorong dan memfasilitasi Pemerintah Daerah dalam menyusun dokumen perencanaan yang merupakan rencana tindak perluasan dan peningkatan penyaluran Kredit Program, melakukan sosialisasi bersama, menyediakan informasi calon debitor potensial, mendorong pembentukan forum yang berfungsi melakukan monitoring dan evaluasi atas penyaluran kredit program di daerah.
Beberapa kredit program yang diluncurkan oleh Pemerintah antara lain kredit-kredit yang terkait dengan sektor pertanian, perkebunan dan perikanan misalnya Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKPE), Kredit Usaha Pembibitan Sapi (KUPS) dan Kredit Pengembangan Energi Nabati dan Revitalisasi Perkebunan (KPEN-RP). Selain itu, terdapat kredit program yang menggunakan pola penjaminan, yaitu Kredit Usaha Rakyat (KUR). KUR merupakan kredit/pembiayaan kepada UMKM dan Koperasi yang usahanya layak dibiayai (feasible) namun belum memenuhi persyaratan bank (unbankable).
Dalam pelaksanaan kebijakan Kredit Program, Kedudukan Bank Indonesia adalah sebagai mitra kerja pemerintah dalam mendorong perbankan untuk lebih meningkatkan realisasi penyaluran kredit kepada UMKM yang sebelumnya realisasinya masih rendah. Untuk mendongkrak realisasi kredit program, Bank Indonesia telah melakukan antara lain:
1) Sosialisasi Pola Pembiayaan dan Pengembangan Sektor Riil dengan melibatkan dinas terkait (Dinperindagkop, Dinakkan, Dinpertabunhut,Bappeda) dan perbankan, kegiatan sosialisasi antara lain :
a) Pengusaha eternit Desa Langgongsari, Kecamatan Karanglewas
b) Kelompok Perajin Mebel Bambu, Desa Kemutug Kidul Kecamatan Baturaden
c) Kelompok Ternak Kambing PE Pegumas Desa Gumelar
d) Kelompok Pembudidaya Ikan Desa Lumberang Kecamatan Sokaraja, Desa Singasari Kecamatan Karanglewas, Desa Penambangan Kecamatan Cilongok , Desa Karangsalam Kecamatan Kedung Banteng.
e) Kelompok Usaha Produksi Tahu di Desa Kalisari Kecamatan Cilongok
2) Mendorong realisasi penyaluran pembiayaan kepada UMKM baik langsung perbankan maupun melalui lingkage program dengan BPR maupun Koperasi dan BMT
Dari hasil fasilitasi sosialisasi skim pembiayaan bank untuk usaha produktif, pelaku UMKM yang tergabung dalam bentuk kelompok maupun koperasi di atas berhasil menerima pembiyaan dari Bank Syariah Mandiri realisasi tahun 2009 Rp 2.966.000.000,-
Sementara Realisasi KUR di Banyumas mengalami peningkatan signifikan setiap tahunnya dari Rp 265.945.157.494 di akhir tahun 2009 menjadi Rp 479.885.417.002 pada akhir tahun 2010
3) Mempercepat Pemberdayaan Sektor Riil dan UMKM melalui Program Klaster.
Bank Indonesia berperan mendukung dan memfasilitasi program pengembangan sektor riil dan UMKM menginiasi program klaster yang berbasis pada produk unggulan daerah yang dikuatkan dengan adanya MOU (Nota Kesepahaman) antara Pemimpin Bank Indonesia Purwokerto dengan Bupati Banyumas antara lain:
a) Program klaster Minyak Atsiri
b) Program Klaster Industri Gula Kelapa tahun 2011
Kemitraan Bank Indonesia dengan Pemerintah Daerah diharapkan dapat mempercepat Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL) yang menjadi prioritas nasional dalam mewujudkan desentralisasi ekonomi melalui penumbuhan wirausaha baru, penciptaan lapangan kerja, pemanfaatan secara optimal sumber daya manusia dan modal yang ada di daerah.
Daftar Pustaka:
Booklet Perbankan Indonesia 2011, Direktorat Perizinan dan Informasi Perbankan, Bank Indonesia, 2011
Bank Indonesia dan Pem berdayaan Ekonomi Daerah, Pusat dan Studi Kebanksentralan Bank Indonesia
Gerai Info, Edisi XIII April 2011, Newsletter Bank Indonesia
Kabupaten Banyumas Dalam Angka, Kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyumas dengan Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyumas, 2010
Kepala Bidang Ekonomi Bappeda , Makalah Rapat Koordinasi Tim Teknis FEDEP, Bappeda Kabupaten Banyumas, 31 Januari 2011
Catatan, Laporan Kegiatan KPSRU Kantor Bank Indonesia Purwokerto Tahun 2009 - 2011
*) Hery Sasono, Konsultan PUMKM KBI Purwokerto Tahun 2011
8 komentar:
Nama: Rutin
NIM: 09.23.360
Prodi: Keuangan dan Perbankan Syariah
jika diliat scr dhohirnya, memang tujuan dr kerjasama itu bagus, yakni mempercepat sektor riil. namun cara ini saja belumlah cukup untuk menjadikan sektor riil hidup kembali. karena jika Qt perhatikan, indonesia dg sistem kapitalismenya lah yg menghilangkan peran sektor riil. maka dibutuhkan sebuah sistem baru yg mampu mengembangkan dan menghidupkan kembali sektor riil yakni sistem islam.
Nama : Safri Agus
NIM : 09.23.337
Prodi : Keuangan dan Perbankan Syariah
makasih pak infonya, dan ilmu yang bisa saya dapat...
Nama : Safri Agus
NIM : 09.23.337
Perbankan Syariah
memang sseharusnya sektor riillah yng harus dikembangkan agar uang yang beredar di masyarakat dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin..
lindasari novritaningsih (09.22.108) MS
Menteri Koperasi Dan UKM 2012 Syarifuddin Hasan, dalam acara penandatanganan MOU kerjasama dengan Universitas Islam Indonesia Makasar beberapa hari lalu menegaskan, "Perlunya kekuatan para pemuda terutama para lulusan perguruan tinggi untuk selalu mengedepankan produktivitas di sektor UKM"
Lulusan perguruan tinggi hendaknya benar-benar memahami bagaimana seluk beluk aplikasi ilmu yang dituntut dalam upayanya menjawab tantangan zaman
09.22.126
Semakin memotivasi untuk berbisnis UKM dan akan menjadi bisnis yang besar.
semangat..
Raihanil Jannah (09.22.152)
jangkauan sosialisasi akses pembiayaanya di tambah pak, biar para pengusaha UKM yang di pelososk desa dapat mendapatkan kesempatan juga, karena ada UKM di dekat kampus yang sedang kekurangan modal untuk mengembangkan usahanya
terimakasih
Siti Maikatul Wakhidah
09.22.154 (MS)
semoga kerjasama ini dapat bermanfaat bagi umkm daerah yang menjadi tujuan..dan juga diharapkan mampu membangun perekonomian daerah...
damaiyanti 09.22.149 manajemen syariah
Posting Komentar