DAYA SAING UMKM DAN KOPERASI DALAM MENGHADAPI ACFTA
Dalam perekonomian nasional, Usaha Mikro kecil dan menengah (UMKM) dan Koperasi mempunyai peranan yang signifikan. Peran yang besar tersebut mendorong pemerintah dan pihak-pihak yang concern terhadap UMKM dan Koperasi untuk terus berupaya memberdayakan UMKM dan Koperasi agar mampu bersaing dalam era globalisasi. Upaya mengembangkan UMKM dan Koperasi tidak lepas dari persoalan dasar yaitu kelemahan internal usahanya sendiri (pelaku dan usahanya) dan kelemahan eksternal berupa hubungan dengan pelaku-pelaku lain yang terkait dalam usaha tersebut.
Di era globalisasi dan era perdagangan bebas saat ini, masa depan daya saing UMKM dan Koperasi menjadi sesuatu yang sangat penting. Tanpa daya saing yang baik, UMKM dan Koperasi di Indonesia akan banyak gulung tikar. Penerapan Asian-China Free Trade Aggrement (ACFTA) memang menjanjikan banyak hal yakni berpotensi mencapai total perdagangan setiap tahunnya mencapai nilai US $1, 23 triliun, Produk Domestik Bruto (PDB) negara anggota sekitar US $2,0 triliun. Namun, Indonesia belum bisa memanfaatkannya karena Indonesia tidak mempersiapkan diri dan tidak memperkuat sektor riil agar bisa bersaing. Kenyataan pada saat ini, Indonesia sebagai salah satu negara anggota ACFTA justru malah terpuruk, karena ACFTA mengganggu pasar domestik UMKM dan koperasi. UMKM yang produknya berhadapan langsung dengan produk dari China akan terpengaruh dan tergerus pasarnya lantaran produk tirai bambu lebih murah dengan produksi masal.
Saat ini dikhawatirkan ada sedikitnya sepuluh sektor industri nasional yang terancam tersingkir yang melibatkan pelaku bisnis, UMKM dan Koperasi akibat serbuan produk China, sepuluh sektor tersebut adalah tekstil, makanan dan minuman, petrokimia, alas kaki, peralatan pertanian, fiber sintetik, elektronik (kabel, peralatan listrik), permesinan, jasa enginering, besi baja.
Sementara itu pemberlakuan ACFTA menguntungkan sebagian para pelaku UMKM dan Koperasi yang lain, yaitu KUMKM yang mampu menciptakan inovasi produk, efisiensi dan kompetitif. Industri kreatif yang berbasis pada teknologi dan produk kerajinan tangan cukup besar peluangnya. Misal, KUMKM di sektor furniture justru diuntungkan, karena ada peningkatan permintaan furniture sekitar 25 persen. Selain itu, ternyata ada tambahan order permintaan dari China produk alas kaki buatan Indonesia. Kesempatan juga terbuka bagi para “Trader” yang makin mudah dalam mendapatkan produk bisnisnya.
UMKM dan Koperasi memang menunjukan kurang siap disebabkan oleh daya saing usaha masyarakat lemah dan tidak mampu bersaing. ACFTA sudah disepakati delapan tahun yang lalu, namun pembenahan yang dilakukan untuk meningkatkan daya saing sangat lambat. Untuk itu Pemerintah harus cepat mengambil langkah-langkah strategis untuk melakukan pembinaan UMKM dan koperasi.
Sejak orde baru hingga orde reformasi, sudah banyak upaya pemerintah membantu perkembangan UMKM dan koperasi dalam bentuk beragam program, mulai dari pemberian kredit murah hingga bantuan teknis. Namun pertanyaannya, kenapa UMKM dan Koperasi di Indonesia masih jauh tertinggal. Ada kemungkinan pendekatan strategi pemberdayaan UMKM dan Koperasi yang kurang tepat antara lain :
Pertama, selama ini Pemerintah lebih fokus pada pemberian kredit bukan bantuan teknis/teknologi di bidang utama yang sangat menentukan daya saing yakni: produksi, manajemen, dan pemasaran. Pemberian dana/kreditpun sayang lebih banyak dimanfaatkan untuk kebutuhan konsumtif bukan untuk investasi atau untuk mendanai kegiatan Research and Development atau inovasi.
Kedua UMKM dan koperasi masih dilihat lebih sebagai “alat untuk mengurangi kemiskinan/meningkatkan kesempatan” daripada “bagian untuk meningkatkan kapasitas dan daya saing industri nasional”,
Ketiga pemerintah belum serius mengembangkan industri pendukung yang membuat barang-barang modal dan pembantu serta komponen dengan KUMKM sebagai pemain utama.
Oleh karena itu perlu perubahan strategi kebijakan untuk meningkatkan daya saing global KUMKM dan Koperasi di Indonesia, yaitu bantuan yang diberikan pemerintah harus sepenuhnya tertuju pada upaya peningkatan kemampuan teknologi, pengetahuan dalam produksi, manajemen dan pemasaran. Fokus bantuan harus pada penguatan capacity building dengan inovasi dan Kreativitas (dalam produksi, manajemen dan pemasaran) sebagai motor penggerak utama.
7 komentar:
Saya percaya, meskipun ssaya pikir naif, suatu saat UMKM yang akan menjadi penyambung nyawa bagi jutaan rakyat Indonesia. yang terjadi sekarang adalah pelaku bisnis, baik perbankan maupun korporasi menjadikan rakyat sebagai mangsa. Koperasi yang digagas bung Hatta sekarang berubah menjadi seperti lembaga rentenir..permodalan UMKM pun hanya mentok pada pelaku KKN bagi pejabat yang berwenang.
Salam kenal Pak?
mampir ke blog ku ya?
Sukman Ibrahim
http://averoz-ku.blogspot.com
hemmm,.
sy rasa memang benar UMKM bukannya berkembang di era ACFTA..namun justru semakin terpuruk...
ACFTA merupakan salah satu agenda/ misi asing dalam menjajah negara berkembang untuk mempertahankan ideologinya..........
09.23.311
UMKM sebenarnya bagaimanapun juga membawa pengaruh pada pengembangan SDA dn SDM. selain itu juga UMKM membuat lapangan pekerjaan yang mengurangi pengangguran.
khoirunnisa
10.23.372
"Oleh karena itu perlu perubahan strategi kebijakan untuk meningkatkan daya saing global KUMKM dan Koperasi di Indonesia, yaitu bantuan yang diberikan pemerintah harus sepenuhnya tertuju pada upaya peningkatan kemampuan teknologi, pengetahuan dalam produksi, manajemen dan pemasaran. Fokus bantuan harus pada penguatan capacity building dengan inovasi dan Kreativitas (dalam produksi, manajemen dan pemasaran) sebagai motor penggerak utama. "
I LIKE THIS CLOSING STATEMENT!
MANTAAABH!^^
Ramadyangga Wahyu Ardhi (owner ChocoDrip)
09.22.132
Sharia Management
wah, memang persaingan di sistem kapitalis seperti ini benar2 terasa efek sampingnya ya pak?
terutam UMKM juga koperasi. memang perlu peran pemerintah untuk memuluskan jalan mereka.
09.22.150/Manajemen Syariah
pemerintah seharusnya perlou memikirkan dulu industri domestik, jika sudah save baru go internasuional, namun sayang pemerintah kita tidak bisa berbuat apa2 di kancah internasional kecuali dengan menuruti kepentingan asing dan menindas rakyatnya
Selama pemerintah belum mau menerapkan Islam secara Kaffah..... maka selama itu pula segala kesempitan dan kesulitan hidup akan mendera....
Agus Joe (10.22.169)
Posting Komentar