KEMISKINAN DI SENTRA PENGRAJIN GULA KELAPA

PENGRAJIN GULA KELAPA TIDAK  MERASAKAN MANISNYA GULA

Sejenak   melepas kepenatan, tergoda  membaca Head Line Suara Banyumas “RATUSAN IJASAH SMP SIAP DILELANG”, sedikitnya 300 lembar ijazah siswa mulai dari tahun 1980-an  yang masih tertahan di sebuah SMP suasta di Kecamatan Cilongok Banyumas  bakal  didistribusikan kepada pemiliknya melalui sistem lelang. Ratusan ijazah belum sempat diambil oleh pemiliknya tersebut  tertahan di sekolah karena pemiliknya  belum menyelesaikan tanggungan biaya administrasi sekolah (Suara Merdeka 12 Pebruari 2011)
            Sesuai data statistik dari Dinperindagkop, Kecamatan Cilongok merupakan sentra industri gula kelapa terbesar di Kabupaten Banyumas, ada 6.404 orang  penderes kelapa, produksi 45.234 kg/hr. Sambil duduk  saya merenung,  apakah ada korelasi antara tingkat  kemiskinan  dan profesi  pengrajin gula kelapa  dengan ketidak mampuan menyelesaikan administrasi sekolah sebagai prasarat mengambil ijasah ?.
            Sesuai tugas saya sebagai Konsultan Pemberdayaan UMKM dan sektor riil, ada kalanya  bertugas menyusuri jalan  sampai ke pelosok desa melakukan survey UMKM terutama pada Industri Rumahan Gula Kelapa. Beberapa pengrajin gula kelapa saya temui, beberapa tengkulak saya datangi, beberapa instasi pemerintah saya mintai informasi, beberapa literatur dan penelitian BLS saya  baca,  diperoleh informasi bahwa  Industri Gula Kelapa  merupakan produk unggulan di Kabupaten  Banyumas, karena  menurut data statistik yang  diperoleh dari laporan Dinperindagkop Kabupaten Banyumas,  Industri Gula Kelapa merupakan 74% dari total unit Industri Kecil Menengah (IKM) di Kabupaten Banyumas dengan menyerap tenaga kerja 110.000 orang. Sungguh  jumlah yang dahsyat  karena merupakan mayoritas Industri Kecil dan Menengah  di Kabupaten  Banyumas.
Bila Industri Gula Kelapa merupakan mayoritas IKM di Banyumas, maka sesungguhnya  IKM Gula Kelapa merupakan penopang dan penyangga utama  ekonomi  daerah. Pada suatu saat dalam sebuah pertemuan  instansi pemerintah juga menegaskan bahwa IKM Gula Kelapa merupakan produk rakyat unggulan kebanggaan masyarakat Banyumas.
            Informasi di atas menjadi daya tarik kami untuk lebih  mendalami Industri Gula Kelapa. Kami melakukan survey di beberapa kelompok penderes  pada beberapa desa dan  kecamatan untuk  mengamati  bagaimana  proses  petani  mengambil  nira kelapa , proses produksi , biaya produksi sampai dengan  bagaimana para pengrajin gula memasarkan produk gula kelapa.  
Dari  survey   didapatkan  informasi, bahwa para pengrajin gula kelapa umumnya profesi  turun- temurun, pada umumnya pengrajin menggunakan  teknologi produksi  sangat sederhana, proses produksi yang kurang memperhatikan sanitasi kesehatan, modal sangat  terbatas dan pada umumnya pengrajin gula kelapa terjebak sistem ijon dengan tengkulak,  mutu produksi  gula kelapa pada umumya rendah, pemasaran hasil produksi gula kelapa terbatas, karena harus setor gula kelapa kepada para tengkulak. 
Informasi produksi,   rata-rata per keluarga menghasilkan produk gula kelapa cetak berkisar 6 sampai dengan 8 kg/hr. Harga gula cetak di tingkat petani saat ini berkisar Rp 5.350,-/kg. Bersama dengan pengrajin gula, kami mencoba menganalisa, misalnya rata-rata produksi perhari 7 kg dengan harga Rp 5.350,-, kemudian dikurangi biaya bahan bakar  produksi Rp 20.000,-, jumlah tenaga kerja 2 orang (suami-istri) , maka  pendapatan keluarga perhari  Rp 17.500,-, bila dibagi   dua (Rp 17.450,-/2 ) menjadi Rp 8.725,-/orang, kemudian  bila dikalikan 30 hari kerja, maka penghasilan = Rp 261.750,- /orang/ bulan .
Sebagai pembanding pendapatan pengrajin gula kelapa adalah  Upah Minimum Kabupaten (UMK) Banyumas pada tahun 2011 sebesar  Rp 750.000,-/orang/bulan.  Sementara pendapatan seorang  petani penderes gula kelapa (pengrajin gula kelapa)  per bulan Rp 261.750,-.  Astaghfirullaahal’adzim betapa penghasilan para pengrajin gula kelapa hanya sepertiga dari Upah Minimum Kabupaten. Bagaimana  mungkin mereka mengatur pendapatannya agar bisa hidup layak ?, bagaimana mungkin  para pengrajin gula kelapa  mampu membayar  biaya sekolah anak-anaknya ?,  apalagi kalau mereka sakit,  tak mungkin bekerja mengambil nira kelapa, bagaimana  biaya untuk berobat ?
            Bila kita hubungkan dengan kemiskinan dan ketidak mampuan orang tua untuk mengambil ijasah anak-anaknya di atas,  mungkinkah  ini korelasinya....! Terrus.... apa yang bisa kita perbuat untuk mereka? Karena mereka adalah penyangga dan penopang  ekonomi Banyumas...? layakkah kita hidup di atas kemiskinan dan kepapaan mereka?. Masih banggakah kita, dengan gula kelapa sebagai produk unggulan dan sebagai ikon Banyumas....? Pertanyaan yang harus  dijawab bagi mereka yang peduli...bila ingin menjadikan kebanggaan IKM Gula Kelapa sebagai ikon Banyumas, mari bersama  kita bekerja keras membantu mereka... .Bersama kita yakin bisa...!

Artikel Terkait



10 komentar:

zaelina mengatakan...

fitri zaelina (09.23.346)
masih banyak kemiskinan yang terjadi di negeri ini, namun apakah pemerintah memperhatikan hal ini?? bagaimana upaya pemerintah untuk mensejahterahkan rakyat-rakyatnya..

mame poenya blog mengatakan...

slamet riyadi (09.23.338)
maaf ya pak,,,saya kurang setuju dengan kata-kata kemiskinan pak,,,karena saya juga terlahir dalam lingkup pengrajin gula kelapa dan faktanya tidak sama dengan yang bapak paparkan di atas,,,,,,tetangga saya malah lebih dari cukup hanya dengan manisnya gula kelapa pak,,,,maaf ya pak,,,,,

Anonim mengatakan...

indonesia... negeri kaya, tapi, rakyatnya kok miskin???kemiskinan di banyumas tersebut adalah contoh kecil fakta yang ada di negeri jamrud katulistiwa ini...masih banyak yang laen yang lebih parah...sungguh sangat ironis,, semoga pemerintah dibukakan mata hatinya agar segara hijrah ke sistem islam yang akan menyejahterakan seluruh masyarakat... Amin...

yurliani-KPS-2009

Anonim mengatakan...

pendapatan seorang petani penderes gula kelapa,.per bulan Rp 261.750,..

kalau memang iya begitu,, miris sekali keadaannya,pastinya untuk makanpun kurang..
apa solusi yang pas bt mReka yg bsa kita lakukan sekarang ini???lalu bagaimana dgn upaya pemerintah dlam mensejahterakan rakyat-ratyatnya??bukankah itu tugas mereka...

Anonim mengatakan...

arie sanjaya (09.23.341)
alhamdulillah pak, semoga artikel bapak bermanfaat, menurut saya kemiskinan yang merajalela saat ini menjadi salah satu problematika yang sulit untuk di selesaikan, bagaikan rantai syaiton dari tahun ke tahun masalah kemiskinan senantiasa bertambah, salah satu judul "kemiskinan di sentral pengrajinan gula kelapa", menjadi salah satu bukti gagalnya bangsa ini mengelola kekayaan sumber daya alam yang ada di indonesia khususnya. padahal jika kita amati kekayaan indonesia sangatlah berlimpah ruah. jika menurut saya pribadi dan mungkin bapak pun menyetujuinya permasalahan ini berangkat dari sebuah pengaturan pengelolan sang salah, pengaturan tersebut tentu berangkat dari sebuah UU yang di terapkan. kelemahan UU buatan indonesia berangkat dari kelemahan manusia dalam membuat UU,. jadi amat sulit jika kita mengharapkan kebahagiaan secara utuh jika aturan yang yang di terakan adalah aturan warisan belanda yang mana buatan manusia,. saatnya kita kembalikan hal ini kepada sesuatu yang mampu menyelesaikan secara solutif, dan ternyata solusi untuk mneyelesaikan permasalah kemiskinan yang ada adalah dengan adanya sebuah kekuatan UU yang di delegasikan berasal dari sang pencipta yang bersumber dari AL-QUR'AN dan AS-SUNNAH... (semoga bermanfaat...) syukran untuk tugasnya pak.

Anonim mengatakan...

Sri Dewi 09.22.116

Negara Indonesia adalah Negara Zamrud Katulistiwa (lempar kayu, lempar batu jadi tanaman). Namun ini semua hanyalah sebuah perkataan indah yang tak perlu diindahkan karena negara Indonesia seolah-olah Racun berbalut madu..
dari luar negara Indonesia seolah-olah ladangnya SDA yang luar biasa, namun orang2 yang ada didalamnya tidak mampu memanfaatkan SDA yang ada sihingga diberikanlah kepada negara Adi Daya yang akan menjadi srigala pemangsa SDA..
Apa yang harus kita lakukan dengan keadaan yang semakin hancur ini......???
kemiskinan dimana2, lapangan pekerjaan tak ada dan tak ada daya Negara akan merubahnya mereka hanya bisa berpangku tangan dengan kondisi rakyatnya

Sumayah Fikriyyah mengatakan...

ketika kita sudah mengetahui bahwa keadaan saudara kita di banyumas memiliki ekonomi yang rendah bahkan tak mampu mengambil ijasah yang seharusnya diperolehnya tak dapat ditebus karena biaya administrasi.maka langkah yang dilakukan pak hary sangatlah membantu.kerena dengan adanya pemberdayaan masyarakat serta memanfaatkan SDA.sangatlah membantu kemandirian rakya.
SEMANGAT...SEMOGA LANGKAH INI MENJADI PAHALA
(09.22.108)

Anonim mengatakan...

melihat fakta tersebut sudah seharusnya pemerintah setempat ikut membantu mencari penyelesaian terhadap permasalahan yang terjadi...

Ayu Huriyah mengatakan...

sebenarnya kemiskinan di sentra pengrajin gula kelapa hanyalah secuil fakta yg da di masyarakat indonesia pak. karena sebenarnya masih banyak "orang miskin" bertebaran di negeri ini.
untuk mengatasi kemiskinan ini tdk bisa dilakukan oleh segolongan orang saja, tp harus ada peran dari pemerintah sendiri..

09.22.114 (Rahayu SN)

Dimas Pratiwi Inggar Sari mengatakan...

sepakat dengan Ayu HUriyah. Pemerintah is the only one reason for all,,

09.22.150/ manajemen Syariah

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | WordPress Themes Review